Skip to main content

Umat Islam dan Regenerasi Kepemimpinan

Jika di dunia ini kita tidak menegakkan umat baru yang mengemban dakwah dan mengibarkan risalah kebenaran, maka selamat tinggal bagi dunia dan kemanusiaan.”(Hasan Al Banna)
Kejayaan sebuah peradaban sangat tergantung dari kemampuan kita mencetak pemimpin masa depan. Untuk mampu menghasilkan pemimpin besar masa depan kita tidak cukup hanya dengan proses yang biasa, namun butuh manajerial yang apik, disertai langkah-langkah kongkrit yang berlandaskan akan pemahaman.
Melihat begitu pentingnya adanya sebuah regenerasi kepemimpinan, maka tidak heran bila kita dapati diantara doktrin pemahaman yang di bawa oleh baginda Muhammad saw yang ditanamkan kuat dalam setiap jiwa generasi pada zamannya yaitu generasi para sahabat, terlebih generasi muda mereka adalah "setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya". Maka dari dasar pemahaman inilah lahir sosok-sosok pemimpin ideal seperti Ali bin Abi Tholib, Umar bin al khattab, Utsman bin Affan, Zubair bin awwan, Talhah bin ubaidillah, Sa'ad bin abi waqosh, Abu ubaidah bin Jarrah, dan sederet nama sahabat generasi muda lainnya, yang kemudian menjadi pionir-pionir dakwah yang senantiasa teguh dan tidak pernah letih dalam mengibarkan paji Islam diatas segalanya, meski jiwa raga dan harta menjadi tumbalnya.
Seorang Ali bin Abi thalib misalnya , yang diberi kesempatan istimewa bisa langsung tinggal seatap dengan keluarga Nabi setelah kepergian ayah handanya Abu Tholib, menjadikannya berkesempatan untuk merasakan langsung sentuhan pengajaran dari sebaik-baik Murobbi, pengajaran dengan sebaik-baik pengajaran, didalam madrasah sebaik-baik madrasah, hingga merubahnya menjadi sosok istimewa dikalangan para sahabat umumnya dan dihati Rasullah khususnya, sebagaimana tergambar dalam kisah penaklukan benteng Khoibar yang terkenal.
"Pada suatu malam, yang esok harinya akan dilakukan penyerbuan, Rasullah saw. bersabdah, " Sesungguhnya besok aku hendak menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasulnya, dan dicintai Allah dan Rasulnya". 
Pagi harinya, para sahabat datang kepada Rasulullah saw. Semuanya berharap diserahi tugas untuk memegang bendera. Akan terapi, Rasulullah saw. bertanya : Mana Ali bin Abi Tholib ?" Ya Rasuluah, dia sakit mata," jawab para sahabat, "Panggil dia" kata Raslullah.
Setelah Ali datang, beliau meludahi kedua mata sepupunya itu seraya mendoakannya dan tiba-tiba dia sembuh, seolah-olah tak pernah sakit. Sesudah itu, bendera diserahkan kepadanya. Dan akhirnya ia maju memimpin kaum muslimin untuk menaklukan benteng Khoibar, hingga akhirnya benteng Na'im yang merupakan garis pertahanan pertama Yahudi khoibar mampu di taklukkan dengan seizin Allah swt.
Seperti itulah apabila proses regenerasi itu dilakukan dengan maksimal dan dengan cara terbaik, maka akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mampu membuat perubahan, mencetak kemenangan dan menjadikan Islam lebih berwibawa di hadapan musuh-musuhnya. Namun sebaliknya, apabila proses dari regenerasi kepemimpinan itu dilupakan oleh umat Islam dan tidak di lakukan dengan baik maka akibatnya adalah muncul pemimpin-pemimpin yang lembek, bermental kerdil yang hanya akan menjadikan umat Islam semakin tertinggal dan terhina, diinjak-injak oleh kaki kecongkakan musuh-musuhnya yang durjana.
Ditahun 887 H misalnya di Andalusia, pada tahun ini Granada yang menjadi satu-satunya kekuatan Muslim yang tersisa di Andalusia kala itu, mendapat ujian yang sangat berat, yaitu naiknya seorang anak yang naik tahta raja untuk memimpin kaum muslimin setelah ia berhasil melengserkan Ayahnya sendiri Al Hasan Ali dari singgasana kepemimpinan granada, anak ini bernama Muhammad XII ibn Ali, Abu Abdillah, bergelar as shoghir yang artinya "kecil". Dan sungguh benar, ia sebagaimana namanya "kecil", kecil dalam tekad, mental, dan wibawa, dan yang paling parah adalah kecil dalam pemahaman akan agama Islam. Para sejarahwan muslim mengatakan, setelah raja kecil ini berkuasa semenjak tahun 887 H, dari dirinyalah kehancuran Andalusia dimulai.
Diantara bukti dari kekerdilan mental dan tekadnya adalah ketika ia memohon perjanjian damai, dan jaminan keamanan kepada Raja kristen Kastilia, Ferdinand V, hingga akhirnya berujung dengan penyerahan Kota Granada ketangan kerajaan kristen tanpa adanya perlawanan sedikitpun dari Raja kecil, tapi ia justru mengatakan perkataan bathil, dengan alasan yang juga bathil. Ia menyebutkan klaim Jihad, " Allahi akbar, la Ilaha Illa Allah, Muhamamd Rasulullah. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan Allah, segala upaya telah gagal dalam mengadang kehendak Tuhan, Demi Allah, aku telah ditakdirkan menjadi orang yang menderita dan kerajaan ini juga telah di takdirkan terlepas dari tanganku".
Abdullah kecil, Khalifah Islam terakhir diandaluisa akhirnya terusir, disaat ia meninggalkan Istanah pasca penyerahan Granada kepada Raja Ferdinan matanya berlinang dengan air mata. Dan ketika itu sang Ibu berkata sinis kepadanya " kamu menangis seperti perempuan untuk sesuatu yang tak pernah kamu pertahankan selayaknya laki-laki". 
Seperti itulah buah dari proses regenerasi kepemimpinan yang tidak lagi dipedulikan, akibatnya hanya akan melahirkan sosok-sosok seperti Raja kecil yang tidak memiliki kompetensi, dan kapabilitas dalam memimpin, yang tentu hanya akan menggiring umat menuju jurang kehancuran. Maka sudah sepantasnya, umat Islam kembali memperhatiakn kondisi generasi mudanya, dan lebih serius dalam upaya mencetak generasi-generasi pemimpin masa depan sebagaimana Rasulullah saw dahulu mencontohkan.

Comments

Popular posts from this blog

Apa Arti 'Tsabat' ?

Tsabat (الثبات) berasal dari kata 'ثبت' yang berarti tetap, mantap dan stabil. Tsabat terhadap pendapat (الثبات على الرأي) berarti konsisten dalam pendirian. Sedang Tsabatnya pemahaman (ثبات المفاهيم) artinya pemahaman yang mantap lagi kokoh.    Allah swt banyak menyebutkan kata tsabat dalam Al Quran,  diantaranya Allah berfirman : (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ) "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat". [Surat Ibrahim 27] (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ) "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." [Surat Muhammad 7]   Maka hakikatnya Tsabat merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah swt, bagi mereka yang mau mengusahakannya. Oleh karenanya Rasulullah saw ...

Umar : Apa Aku Termasuk Orang Munafik ?

 Salah satu golongan manusia yang dikatakan Celaka dalam Al Qur'an adalah golongan orang-orang munafik, dengan dijanjikan bagi mereka ganjaran yang paling dahsyat yaitu akan ditempatkan pada tingkatan paling bawah dari neraka, dan mereka tidak akan mendapat seorang penolong pun.(Qs.4:144).    Oleh karenanya, tidak heran bila kemudian  banyak dari kalangan sahabat yang sangat takut bila sampai dalam diri mereka terindikasi adanya sifat-sifat orang munafik. Terlebih lagi, telah menjadi ketentuan bahwa Rasulullah tidak pernah langsung memberi tahu siapa saja yang tergolong orang munafik dan siapa yang tidak, meskipun sebenarnya beliau tahu dan bisa saja langsung menyebutkan nama-nama orangnya dengan petunjuk wahyu agar segera bisa di tumpas karena mereka sebenarnya adalah musuh dalam selimut.      Namun demikian Rasulullah selama hidupnya tidak pernah memberitahukan kepada siapapun dari sahabatnya akan daftar orang-orang munafik, kecuali kepad...

Apa Itu 'Qawaid Fiqhiyah' ? (Part 1)

  Barangkali ilmu yang saat ini belum banyak diketahui olah umat muslim adalah Ilmu 'Qowaid Fiqhiyah'. Salah satu cabang Ilmu yang penting sebagi bekal dalam memutuskan sebuah perkara dalam masalah fiqih. Meskipun tidak sembarangan orang yang bisa menggunakannya, namun tidak ada salahnya bila hanya untuk sekedar tahu apa itu 'Qowaid Fiqhiyah'.   Qowaid Fiqhiyah sejatinya adalah Ilmu yang telah lama ada dan dipraktekkan sejak masa Rasulullah saw dan para sahabat. Namun seperti umumnya cabang Ilmu yang lain, kala itu Qowaid Fiqhiyah baru sebatas pengetahuan yang bersifat praktik, belum ada pembukuan secara khusus, terlebih karena Nash-nash Hadits merupakan bentuk langsung dari Kaidah-kaidah yang ada di Qowaid Fiqhiyah. Hingga akhirnya pada Abad Ke-4 Hijriyah, Qowaid Fiqhiyah mulai dicetuskan sebagai cabang Ilmu tersendiri.   Para Ulama' dari Madzhab Hanafi menjadi yang terdepan dalam masalah ini. Sebagaimana mereka juga menjadi madzhab pertama dari empat m...